Pages

Makalah Psikoterapi Islam

Psikoterapi Islam terhadap Perilaku Hasad



DISUSUN OLEH :
Nur Amalina  (11140700000128)
Kelas 5A

MATA KULIAH: Islam dan Psikologi


FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016



KATA PENGANTAR

         
Puji Syukur kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Islam dan Psikologi tentang “Psikoterapi Islam terhadap Perilaku Hasad” ini dengan baik.
            Selama penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, izinkanlah kami untuk menghaturkan terima kasih kepada :
    1.     Prof. Dr. Abdul Mujib , M.Ag. M.Si, selaku dosen mata kuliah Islam dan Psikologi
    2.    Serta teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi semangat dan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif dan bermakna dalam proses belajar mengajar tentang Islam dan Psikologi. Sangat disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan isi makalah ini. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.


Jakarta, Januari 2016

                                            
Penyusun



DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................  i
KATA PENGANTAR ......................................................................................  ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................  iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2       Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.4       Tujuan..................................................................................................... 1

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1       Definisi Hasad ....................................................................................... 2
2.2       Hukum Hasad  ........................................................................................2
2.3       Macam Macam Hasad............................................................................ 3
2.4       Bahaya Hasad  ........................................................................................3
2.5       Pengertian Psikoterapi Islam ..................................................................5
2.6       Tujuan Psikoterapi Islam ........................................................................8
2.7       Psikoterapi Islam terhadap Perilaku Hasad ........................................... 8

           

BAB 3 PENUTUP
3.1        Kesimpulan.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu penyakit hati yang ada pada manusia adalah “HASAD” yang berarti iri hati atau dengki. Sifat ini juga merupakan penyakit rohani (batin) yang dapat membahayakan jika menjangkit hati manusia. Ia akan menimbulkan bahaya (mudlarat) yang luar biasa bagi diri sendiri dan orang lain.
Bahkan sifat ini dapat merusak amal-amal yang telah di lakukan manusia serta dapat menyeret manusia kepada kehinaan di akhirat, meskipun hasad itu hanya seberat biji atau benda yang paling kecil , diharamkan baginya untuk surga dan mengakibatkan seseorang masuk neraka.
Orang yang hatinya dipenuhi rasa iri hati dan dadanya sesak oleh egoisme, maka selama hidupnya orang tersebut tidak akan merasa tenang hatinya. Dengki merupakan cita-cita hilangnya suatu kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada seseorang, Maupun hilangnya kenikmatan itu dicita-citakan untuk berpindah tangan kepada orang hasad itu atau hilang begitu saja, entah kemana, yang terpenting bagi orang hasad ialah hilang lenyapnya nikmat itu.
Seorang muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit hasad adalah penyakit yang harus diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkannya teramat besar. Oleh karena itu dibutuhkanlah psikoterapi untuk mengatasi serta menghindari perilaku hasad tersebut.
Melihat kenyataan ini, penulis menjadi tertarik untuk membahas perilaku hasad beserta psikoterapinya dalam islam.

1.2  Rumusan Masalah
     1.      Apa pengertian hasad beserta hukumnya?
     2.      Apa saja dampak dan bahaya dari perilaku hasad?
     3.      Bagaimana psikoterapi islam terhadap perilaku hasad?

1.3  Tujuan
     1.      Untuk mengetahui definisi, pengertian dan hukum hasad
     2.     Untuk mengetahui apa saja dampak dan bahaya yang ditimbulkan dari 
     perilaku hasad
     3.      Untuk mengetahui bagaimana psikoterapi islam terhadap perilaku hasad


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Hasad 
Hasad berasal dari kata hasada-yahsudu yang berarti dengki, benci. Sedangkan menurut istilah ada beberapa ulama yang berpendapat tentang pengertian hasad, diantaranya :
  • Imam al-Ghazali : membenci nikmat Allah SWT yang ada pada diri orang lain, dan mengharapkan hilangnya nikmat tersebut.
  • Imam Ibnu Hajar : berangan-angan hilangnya nikmat dari orang yang berhak.
  • Imam An-Nawawi : berangan-angan hilangnya nikmat dari saudaranya, baik nikmat agama ataupun dunia.
2.2 Hukum Hasad
Hasad hukumnya adalah haram, dan orang yang memiliki sifat hasad semua amal kebaikannya akan terhapus karena hasad seperti api yang membakar kayu.
Dalil dalil tentang haramnya Hasad :

       1.      Firman Allah SWT dalam Al Qur’an
"Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah : 109)
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, Dari kejahatan makhluk-Nya, Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita, Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." (QS. Al – Falaq)

      2.      Berdasarkan Hadits
Dari Abu Hurairah radhiyallohu'anhu berkata; Rasululloh shallallohu'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Jauhilah atas kalian perasangka, karena perasangka itu sedusta-dusta perkataan. Dan janganlah kalia saling mendahului dalam penawaran, janganlah saling hasad, janganlah saling membenci, janganlah saling mendahului, janganlah saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara". (HR Bukhori dan Muslim, sebagaimana juga di dalam Ghoyatul Marom 173)

2.3  Macam Macam Hasad
Hasad terbagi menjadi 2 macam:
1.      Hasad yang tercela. seorang yang berangan-angan hilangnya nikmat dari saudaranya, dan hukumnya adalah haram.

2.      Hasad yang terpuji (Ghibthoh). Seorang yang berkeinginan serupa dengan saudaranya dalam hal kebaikan dan tidak berharap nikmat atas saudaranya hilang. Sebagaimana hadit yang diriwayatkan oleh al-Bukhori nomor 73, dan Muslim nomor 816.
“Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) al-Quran baik diwaktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang“. (HR Muslim).

2.4  Bahaya Hasad
Ada 6 bahaya hasad yang dapat kita ketahui agar kita dapat menjauhkan diri dari sifat tersebut.

a)      Hasad adalah sifat orang-orang yahudi
Hasad merupakan salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh orang-orang yahudi. Allah telah berfirman di dalam AlQur’an (yang artinya), “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. AnNisaa : 54).  Ayat di atas telah memberikan penjelasan kepada kita bahwa orang-orang yahudi adalah orang-orang yang memiliki hasad yang besar kepada umat Islam. Oleh karena itu, tak ayal mereka selalu memerangi umat Islam dari zaman ke zaman. Dengan kebencian yang mendalam kepada umat Islam, mereka tidak akan senang dan rela jika Islam tersebar luas di dunia. Oleh karena itu mereka selalu melancarkan propaganda-propaganda yang dapat membuat cahaya Islam redup.

b)      Orang yang memiliki sifat hasad tidak sempurna imannya
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya segala sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Muttafaqun ‘alaih).

Dalam hadits di atas Rasulullah menerangkan bahwa diantara bukti sempurnanya iman seseorang yaitu ia mencintai segala sesuatu yang baik untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut dimiliki oleh dirinya sendiri. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat sulit ditemui di hari ini. Dimana banyak sekali orang yang tidak senang dengan kenikmatan dan kesenangan yang diperoleh oleh tetangganya. Bahkan yang lebih buruk, ia berdo’a agar nikmat yang diterima tetangganya tersebut hilang dan berpindah kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.

c)      Tidak suka dengan takdir yang Allah tetapkan untuknya
Mengapa bisa demikian? Jikalau kita menelisik lebih dalam, kita akan menemukan bahwa orang yang di dalam dirinya terdapat penyakit hasad, seakan-akan dia ingin berperan dalam menentukan takdir dirinya sendiri karena ia merasa bahwa dirinyalah yang paling pantas dalam menerima kenikmatan yang telah Allah ciptakan itu sehingga ia tidak ingin orang lain mendapatkannya. Ini merupakan sifat yang buruk yang dapat menimpa kita sadar maupun tidak. Oleh karena itu, marilah kita jaga diri kita dari sifat yang buruk ini.

d)     Menciptakan sifat keegoisan yang tinggi
Karena dengan perasaan hasad yang ia miliki, ia sama sekali tidak senang akan apa yang dimiliki oleh orang lain, bahkan ia menganggap bahwa dialah yang seharusnya mendapatkan itu, bukan orang lain. Dan yang paling parah dari semua itu adalah bahwa ia memikirkan cara-cara yang jahat agar bagaimana nikmat tersebut bisa pindah kepada dirinya. Ini sangat berkaitan erat dengan bahaya nomor dua yang telah disebutkan di atas.

e)      Hasad dapat menghancurkan kebaikan yang ada didalam dirinya
Benar saja pernyataan di atas, karena orang yang memiliki sifat hasad akan terus merasa gerah dengan orang lain sehingga ia tidak akan pernah rela orang lain memiliki ini dan itu. Lalu ia menyebarkan propaganda-propaganda dan gosip-gosip agar tetangganya tersebut jatuh harga dirinya di hadapan masyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah melarang seseorang untuk hasad kepada orang lain dikarenakan ia dapat menyebabkan hilangnya kebaikan-kebaikan yang ada di dalam diri orang tersebut sebagaimana sabda beliau, “Jauhilah oleh kalian hasad karena ia akan memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu daud).

Inilah sebab terlarangnya hasad. Karena ia akan menyebabkan pahala-pahala yang telah kita dapatkan selama ini berguguran satu demi satu.

f)       Hasad dapat memecah belah persatuan
Karena sifat dengki atau hasad apabila telah bercokol di dalam dada seseorang maka akan sangat sulit sekali sembuh. Apalagi ketika ia telah mencapai stadium akhir, maka akan sangat berbahaya sekali. Sampai-sampai sifat ini bisa memecah belah persatuan kaum muslimin. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Janganlah kalian saling hasad, saling berbuat curang, saling membenci, saling menjauhi, dan janganlah kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR.  Muslim).

Hadits ini memberikan gambaran kepada kita tentang bahaya hasad bahwa hasad bisa membuat seseorang bermusuhan dengan yang lainnya.

 2.5 Pengertian Psikoterapi Islam
Psikoterapi adalah pengobatan dengan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist). Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi. Psikoterapis merupakan istilah umum untuk menyebut semua orang yang melakukan psikoterapi. Psikoterapi bisa diartikan sebagai suatu interaksi antara dua orang atau lebih yang hasilnya adalah mengubah pikiran, perasaan atau perilaku seseorang menjadi lebih baik.
Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologisnya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.
James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini adalah para guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan sebagai tempat curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.
Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater tidak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.

 Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk :
(1) membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya;
(2) membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi; dan (3) membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.
Diakui atau tidak, banyak seseorang yang sebenarnya telah mengidap penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan sakitnya, bahkan ia tidak mengerti dan memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan penyakitnya. Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi.
Psikoterapi berbeda dengan pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan psikologis sebagai gangguan karena sihir, kesurupan jin atau karena roh jahat. Anggapan-anggapan yang kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan kurang wawasan ilmiahnya.
Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara modern yang terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi tidak ada hal-hal yang bersifat mistik. Klien psikoterapi juga tidak diberi obat, karena yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.
Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya).  Justru psikoterapi  hanya digunakan untuk menangani orang waras yang sedang mengalami masalah psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin meningkatkan kemampuan pikirannya. Sedangkan penanganan orang gila adalah urusan Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Dalam sesi Psikoterapi, akan membahas dan menganalisa hambatan psikologis yang ada dalam diri klien, kemudian mencari pemecahannya dengan cara menerapkan metode psikoterapi yang paling cocok. Psikoterapi hanya bisa dilakukan apabila klien ingin disembuhkan atau ingin berubah. Psikoterapi tidak bisa dipaksakan kepada orang yang tidak mau dibantu.


2     2.6  Tujuan Psikoterapi Islam
Menurut Adz-Dzaki (2002: 278) tujuan psikoterapi Islam antara lain :
a)      Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau sehat mental, spiritual dan moral.
b)      Menggali dan mengembangkan potensi esensial sumber daya insani.
c)      Menghantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja.
d)     Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.
e)      Menghantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa dengan esensi diri/jati diri serta dzat yang maha suci yaitu Allah SWT
Gambaran mengenai Psikoterapi Islam sendiri memiliki ruang lingkup dan jangkauan yang lebih luas. Selain menaruh perhatian pada proses penyembuhan, psikoterapi Islam sangat menekankan pada usaha peningkatan diri, seperti membersihkan kalbu, menguasai pengaruh dorongan primitif, meningkatkan derajat nafs, menumbuhkan akhlaqul karimah dan meningkatkan potensi untuk menjalankan amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
Psikoterapi Islam tidak hanya memberikan terapi pada orang orang yang “sakit” sesuai dengan kriteria mental-psikologis-sosial, tetapi juga perlu ikut menangani orang-orang yang “sakit” secara moral dan spiritual. Jadi ukuran yang dijadikan sebagai standar untuk menentukan kriteria suatu tingkah laku itu perlu diterapi atau tidak, yang pertama-tama adalah nilai moral-spiritual dalam Islam, baru kemudian mengacu pada kriteria-kriteria psikologi yang ada.

2.7 Psikoterapi Islam terhadap Perilaku Hasad
Muhammad Abd al-‘Aziz al-Khalidi membagi obat (syifa’) ke dalam dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembukan penyakit fisik, seperti berobat dengan madu, air buah-buahan yang disebutkan dalam al-Quran. Sunnahnya digunakan untuk menyembuhkan kelainan jasmani. Kedua, obat ma’nawi, obat yang sunnahnya menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Quran.
Kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Aspek ruhani menjadi esensi kepribadian manusia, sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Oleh karena itu maka kelainan kepribadian disembuhkan dengan pengobatan ma’nawi. Demikian juga kelainan jasmani sering kali disebabkan oleh kelainan ruhani maka cara pengobatannya pun harus dengan sunnah pengobatan ma’nawi.
Al-Razi, dokter sekaligus filosof muslim mengatakan bahwa, tugas seorang dokter disamping mengetahui kesehatan jasmani dituntut juga mengetahui kesehatan jiwa. Hal itu menurutnya dilakukan untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, agar tidak terjadi keadaan yang minus atau berlebihan. Hal ini menunjukkan urgensinya suatu pengetahuan tentang psikis. Pengetahuan psikis tidak sekedar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tetapi juga untuk pengobatan penyakit jasmaniah dan ruhaniah. Banyak diantara kelainan jasmani diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stress, dengki, iri hati, dan lainnya sering kali menjadi penyebab utama penyakit jasmani.
Muhammad Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori :
1)      Bersifat duniawi, berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata.
2)      Bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan agama.
Psikoterapi dalam Islam dapat menyembuhkan semua aspek psikopatologi, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Psikoterapi islam terhadap penyakit hati itu ada lima macam :

1.      Membaca Al-Qur’an
Al-Quran dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyalkit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal. Sementara Al-Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna “terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Al-Thabathaba’I jiga mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani, baik melalui bacaan atau tulisan.
Menurut al-Faidh al-Kasyani dalam Tafsirnya mengemukakan bahwa lafal-lafal al-Quran dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan makna-maknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, bacaan al-Quran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia. Obat yang mujarab yang dapat mengobati kedua penyakit ini adalah hidayah al-Quran.
Kemukjizatan lafal al-Quran bukan hanya perkalimat, tetapi perkata, bahkan perhuruf. Hal itu dianalogikan dengan sabda Nabi bahwa pahala membaca al-Quran bukan perkalimat atau perkata, tetapi per huruf. Apabila al-Quran dihadapkan pada orang yang sehat mentalnya, maka ia bernilai konstruktif. Artinya, ia dapat memperkuat dan mengembangkan integritas dan penyesuaian kepribadian dirinya. Karena itu, berobat dengan menggunakan al-Quran, baik secara lahiriah maupun batiniah, tidak hanya ketika dalam kondisi sakit, namun sangat dianjurkan dalam kondisi sehat.

2. Shalat diwaktu malam
Shalat tahajjud memiliki banyak hikmah. Diantaranya adalah (1) setelah melakukan ibadah tambahan (nafilah), baik dengan shalat maupun membaca al-Quran, maka dirinya mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah SWT; (2) memiliki kepribadian sebagaimana kepribadian orang-orang salih yang selalu dekat (taqqarub) kepada Allah SWT, terhapus dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar; (3) jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketenteraman, bahkan Allah SWT menjajikan kenikmatan surga baginya; (4) doanya diterima, dosanya mendapatkan ampunan dari Allah SWT, dan diberi rizki yang halal dan lapang tanpa susah payah mencarinya; (5) sebagai ungkapan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai rasa syukur, nabi SAW sendiri selalu melakukan tahajjud walaupun tumit kakinya bengkak.
Setelah shalat sunnah di malam hari, amalan yang perlu dilakukan adalah berdo’a, berdzikir dan membaca wirid, sebab berdoa di malam hari mudah dikabulkan oleh Allah SWT. Sabda Nabi SAW : “Sesuatu yang lebih mendekatkan Tuhan kepada hamba-Nya di tengah malam adalah apabila engkau mampu melakukan zikir kepada Allah maka lakukanlah.”
Shalat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif sekaligus. Pertama, shalat membina seseorang untuk melatih konsentrasi yang integral dan komprehensif.hal itu tergambar dalam niat dan khusyu’. Kedua, shalat dapat menjaga kesehatan potensi-potensi psikis manusia, seperti potensi kalbu untuk merasa (emosi), potensi akal untuk berpikir (kognisi), dan potensi syahwat (appetite) dan ghadab (defense) untuk berkarsa (konasi). Denga shalat, seseorang dapat menjaga dua dari lima prinsip kehidupan. Lima prinsip kehidupan itu adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara kehormatan dan harta benda. Dengan shalat ia mampu menjaga agamanya, sebab shalat merupakan tiang agama. Demikian juga ia dapat menjaga akalnya agar terhindar dari segala zat yang membahayakan. Ketiga, shalat mengandung doa yang dapat membebaskan manusia dan penyakit batin.
Dosa adalah penyakit (psikopatologi), sedang obat (psikoterapi)-nya adalah taubat. Shalat adalah manifestasi dari taubat seseorang, karena dalam shalat seseorang kembali (taba) pada Pencipta-nya.salah satu indikator taubat adalah mengakui kesalahan dan dosa-dosa yang diperbuat. Dengan pengakuan akan dosa dan permohonan untuk penghapusan dosa dalam doa iftitah, menghantarkan seseorang untuk kembali pada fitrah aslinya yang terbebas dari segala penyakit batin. Bahkan dalam hadis lain, shalat lima waktu dapat membersihkan fisik dan psikis seseorang seperti orang yang membersihkan tubuhnya lima kali dalam sehari semalam.

3.   Bergaul dengan Orang Shalih.
Orang yang salih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu mengaktualisasikan potensinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi kehidupan. Dalam tradisi kaum sufi, seseorang yang shalih dan dapat menyembuhkan penyakit ruhani manusia disebut dengan al-thabib al-ilahi atau mursyid. Menurut al-Syarqawi, adalah al-thabib al-murabbi (dokter pendidik). Dokter seperti ini lazimnya memberikan resep penyembuhan kepada pasiennya melalui dua cara, yaitu:
1. Negatif (al-salabi), dengan cara membersihkan diri dari segala sifat-sifat dan akhlak yang tercela.
2. Positif (al-ijabi), dengan mengisi diri dari sifat-sifat atau akhlak yang terpuji.
Menurut Sa’id Hawwa, menyatakan bahwa zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu belum cukup untuk mengobati penyakit jiwa, melainkan diperlukan ilmu yang disertai dengan mujahadah. Baik mursyid maupun al-thabib al-ilahi, keduanya memiliki-pinjam istilah Abraham Maslow-pengalaman puncak (peak experience), sebab selain mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok juga melakukan perluasan diri (extension of the self) dengan ibadah-ibadah khusus.

4.   Melakukan Puasa.
Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak citra fitri manusia. Pembagian puasa ada 2:
  • 1      Puasa fisik, yaitu menahan lapar,haus, dan berhubungan seks.(bukan miliknya atau bukan pada tempatnya)
  • 2      Puasa psikis, yaitu menahan hawa nafsu dari segala perbuatan maksiat.

Puasa juga mampu menumbuhkan efek emosional yang positif, seperti menyadari akan kemaha kuasaan Allah SWT, menumbuhkan solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain, serta menghidupkan nilai-nilai positif dalam dirinya untuk aktualisasi diri sebaik mungkin. Hikmah lapar menurut Al-Ghazali:
·        -  Menjernihkan Qalbu dan mempertajam pandangan
·         - Melembutkan Qalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
·         - Menjauhkan prilaku yang hina dan sombong
·         - Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah
·         - Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk
·         - Mengurangi jam tidur dan memperkuat kondisi terjaga dimalam hari untuk 
      ibadah
·         - Mempermudah seseorang untuk selalu tekun beribadah
·         - Menyehatkan badan dan jiwa serta menolak penyakit
·         - Menumbuhkan sikap mendahulukan suka membantu orang lain dan mudah 
      bersedekah.

5.   Zikir
Zikir dalam arti sempit memiliki makna menyebut asma-asma Allah dalam berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti luas mengingat segala keagungan dan kasih saying Allah SWT yang telah diberikan,serta dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.
Dua makna yang terkandung dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai:
  • 1      Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu yang diyakini   berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya (istikdhar)
  • 2        Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang.

Zikir dapat mengembalikan kesadaran seseorang yang hilang, sebab aktivitas zikir mendorong seseorang untuk mengingat, menyebut kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Zikir juga mampu mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit hanyalah Allah SWT semata, sehingga zikir mampu memberi sugesti penyembuhannya.
Melakukan zikir sama halnya nilainya dengan terapi rileksasi, yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Kunci utama keadaan jiwa mereka itu adalah karena melakukan zikir.firman Allah SWT:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Al-Ra’d:28)”
Cara berzikir:
1.   Zikir Jabar, zikir yang dikeraskan baik melalui suara maupun gerakan. Fungsinya adalah untuk menormalisasikan kembali fungsi system jaringan syaraf,sel-sel, dan semua organ tubuh.
2.   Zikir Sirr, zikir yang diucapkan dalam hati.
Kesimpulan kelima terapi diatas adalah terapi dengan doa dan munajat. Doa adalah permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah yang memberikan penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan. Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam aktivitas sehari-hari. Agar doa dapat diterima maka diperlukan syarat-syarat khusus, diantaranya dengan membaca istigfar terlebih dahulu. Istigfar tidak hanya berarti memohon ampunan kepada Allah, tetapi lebih esensial lagi yaitu memiliki makna taubat.
Yang unik dalam psikoterapi islam adalah keberadaannya sangat subyektif dan teosentris. Dalam melakukan terapi, masing-masing individu memiliki tingkat kualitas yang berbeda seiring pengetahuan, pengalaman, dan pengamalan yang dimiliki. Tentunya hal itu mempengaruhi tingkat kemujaraban terapi yang diberikan. Perbedaan itu dapat dipahami sebab dalam islam mempercayai adanya anugrah dan kekuatan agung diluar kekuatan manusia, yaitu Tuhan.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Salah satu penyakit hati yang sering merasuki jiwa manusia dengan tidak mengenal golongan, pangkat, jabatan, keturunan dan usia baik laki-laki maupun  perempuan adalah Dengki (Hasud). Hasud adalah iri hati terhadap nikmat dan karunia yang dimiliki oleh orang lain. Ia tidak rela dengan kesejahteraan dan kesenangan orang lain, bahkan ia berobsesi agar karunia tersebut berpindah pada dirinya. Namun sebagai seorang muslim, kita harus menghindari penyakit hati ini karena dampak dan bahaya yang ditimbulkan sangat besar termasuk mempengaruhi amal amal buruk kita. Dengan demikian, diperlukan psikoterapi untuk menyembuhkan penyakit hati ini. Psikoterapi islam menghadirkan cara untuk menyembuhkan penyakit hati hasad.
Gambaran mengenai Psikoterapi Islam sendiri memiliki ruang lingkup dan jangkauan yang lebih luas. Selain menaruh perhatian pada proses penyembuhan, psikoterapi Islam sangat menekankan pada usaha peningkatan diri, seperti membersihkan kalbu, menguasai pengaruh dorongan primitif, meningkatkan derajat nafs, menumbuhkan akhlaqul karimah dan meningkatkan potensi untuk menjalankan amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.










DAFTAR PUSTAKA

Mujib, A. 2007. Kepibadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mujib, A dan Mudzakir, J. 2001. Nuansa Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Adz-Dzaki, Hamdani Bakran. 2006. Konseling Dan Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru